0
Seminggu sudah pesta berlalu.
Pesta demokrasi enam tahunan.
Sebahagian senang sebahagian lagi pilu.
Masih bisa bersyukur karena berlangsung aman.

Ada peristiwa pasti ada cerita.
Sisi lain mengusik telinga.
Ini kisah bukanlah mengada-ada.
Tapi itulah fakta yg sesungguhnya.

Peristiwa terjadi di kala senja.
Di saat azan maghrib lagi membahana.
Terhendap-hendap mengintai warga.
Yg barangkali bisa dijadikan mangsa.

Tanpa rasa malu dan rasa berdosa.
Menyodorkan tiga lembaran kertas berharga.
Yg anda juga tahu warnanya apa.
Untuk kejutan di sore selasa.

Namun fakta bicara lain.
Membuatnya bingung bukan main.
Disangkanya pak tua yg hidup miskin.
Bisa dibuatnya sesuai yg dia ingin.

Dengan sopan pak tua menolak.
Atas pemberiannya yg bersyarat.
Dia pamit dgn rasa penuh gejolak.
Petanda usahanya tak mendatangkan manfaat.

Memang benar apa adanya.
Ternyata selasa menuai lara.
Setidaknya sebanding dengan nilai diberi.
Ternyata hasilnya minim sekali.

Pilkades kali ini elok adanya.
Ternyata oknum bermain pula.
Padahal warga sangat antusias.
Membuat hasilnya menjadi bias.

Dengan peristiwa ini yuk kita belajar.
Supaya sesuatu diusahakan dengan wajar.
Dapatkan ia dengan jalan yang benar.
Jangan sekali-kali berbuat onar.

Kalau keburukan telah terjadi.
Sangat sulit bagi masyarakat tuk melupakan.
Sampai ke anak cucu ceritanya abadi.
Yang rugi pasti bagi yang bersangkutan.

Seharusnya demokrasi berjalan mulus.
Jangan ada lagi kandidat yg niatnya buruk.
Hendaklah berbuat dengan niat tulus.
Agar Lukun tak terus menerus terpuruk.

Sungguh Lukun kamu dah bangkit.
Tapi berlari kamu belum mampu.
Bukan niat mau mengungkit.
Tapi politik yang jujurlah yang kita mau.

Kayupandan, 13 April 2015.

Posting Komentar

 
Top